Selasa, 31 Januari 2012

Touchdown 50K! Kata Magis di Bulan Januari

Malam-malam nih baru sempat menulis pengalaman menarik dan sangat menarik selama sebulan menulis novel di ajang Januari 50K.

Terus terang ini pengalaman ternekat pertama saya seumur hidup. Menulis novel! Berani amat! Sedang

PENUTUP

Debur ombak pantai Senggigi mempesona dua insan yang tak bosan-bosan melepas suasana senja di pinggir pantai. Mereka sibuk menimbun tubuhnya dengan pasir putih yang terasa hangat sore itu. Yang pria mengenakan kaos putih bergambar suasana tepi pantai yang sengaja dibelinya di sebuah kios tidak jauh dari tempatnya menginap di Lombok. Yang perempuan terlihat lebih berhati-hati menggerakkan tubuhnya. Seperti

TIGA PULUH

“Pertimbangan kami memilih Pak Anto untuk menjadi kepala cabang di kantor Surabaya adalah berdasarkan pengalaman bekerja dan prestasi yang selama ini diraih. Selamat, Pak. Kami memberi waktu satu bulan untuk mempersiapkan kepindahan Bapak dan pengalihan pekerjaan Bapak di Jakarta kepada manajer baru”
Anto bahagia mengetahui hasil kerjanya selama ini dihargai dengan baik oleh pihak perusahaan. Kepindahan

DUA PULUH SEMBILAN

Santi mengemasi barang-barangnya. Pagi ini ia sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Kesehatannya sudah jauh lebih baik. Seorang suster yang pagi itu meletakkan obat-obatan yang harus Santi bawa pulang terlihat lebih segar dari biasanya. Mungkin karena bucket bunga yang ada di tangannya.
“Indah sekali, Suster,” Santi terpesona dibuatnya.

DUA PULUH DELAPAN

Anto bergegas menuju mobil miliknya begitu jam istirahat di kantornya dimulai. Setelah mengetahui persoalan yang membelit keluarganya dan keluarga Ratri, ia merasa perlu untuk menemui Ratri. Menjelaskan segala hal yang melatarbelakangi dendam yang telah dipelihara Ratri terhadap keluarganya. Anto juga ingin memindahkan Wirendra ke sekolah yang lebih baik karena bagaimanapun juga, Wirendra adalah darah

DUA PULUH TUJUH

Santi memainkan air kolam dengan kaki telanjangnya. Air kolam pagi ini terasa hangat. Kram di pergelangan kakinya yang sering kali terasa setiap kali bangun tidur semenjak kehamilannya berkurang karena gerakan-gerakan kecil tadi. Irma, yang juga sedang asyik menikmati pagi mengajaknya untuk berjalan-jalan di sekitar tempat tinggalnya. Olah raga baik untuk menjaga kesehatan wanita hamil katanya. Santi tahu itu. Meski

DUA PULUH ENAM

Suamiku, Anto Wirya Atmaja…
Setelah kurang lebih dua tahun kita berjalan bersama, banyak hal tentang kehidupan yang makin aku pahami. Meski harus aku akui bahwa pada saat yang sama banyak pula hal yang makin jauh dari pemahamanku tentang arti sebuah pernikahan.

DUA PULUH LIMA

Santi mendesah. Mengapa semuanya datang sebagai potongan puzzle yang tidak menyatu satu sama lain. Sebuah bentuk yang harusnya saling melengkapi ternyata masih saja menyisakan lubang yang mesti kembali diisi dengan potongan yang lain. Yang belum ditemukannya hingga kini, saat dirinya sudah hampir mantap dengan keputusan yang dibuatnya.

DUA PULUH EMPAT

Irma mengendap-endap memasuki rumah dimana ia pernah tinggal bersama suaminya, Bima. Pagi hari setelah Bima berangkat ke kantor, pintu pagar memang jarang dikunci oleh pembantunya. Tukang sayur yang biasa mangkal di dekat rumah itu akan memanggil para langganannya di pagi hari sekitar jam 9. Irma sengaja datang pada waktu yang sama dengan saat pembantunya melangkah keluar pagar untuk berbelanja di tukang

DUA PULUH TIGA

Teh manis yang ada dihadapannya kali ini akan mengawali sebuah hari dimana moment penting dalam hidupnya akan diputuskan. Santi menghirup nafas dalam dalam. Sesekali ia melihat kearah kepulan asap yang  keluar dari cangkir teh dihadapannya. Aku akan meminumnya sampai habis lalu berangkat. Berangkat ke tempat dimana aku harus menyelesaikan sesuatu. tak dapat lagi tempat itu kusebut sebagai rumah. Bagiku

DUA PULUH DUA

Langit biru yang menaungi pantai di wilayah Jakarta utara itu cerah. Biru kelabu. Asap pabrik dan kendaraan telah turut menghiasi langit di atas Jakarta entah sejak kapan. Seingat Anto, hari pertama dirinya menginjakkan kaki ke tempat ini bersama perempuan yang berdiri di sebelahnya kini, langit diatas sudah berwarna keabuan.

DUA PULUH SATU

Santi membuka matanya perlahan. Ia berada di sebuah ruangan bercat putih. Jendela kaca yang menghadap ke tempatnya berbaring saat ini juga tertutup korden putih.  Ruangan ini begitu hening dan dingin. Inikah dunia penantian dimana manusia yang sudah meninggalkan alam fana berkumpul untuk menunggu pengadilan terakhir?

DUA PULUH

Santi memeluk teman setianya. Berusaha menenangkan luapan emosi yang tak kunjung padam. Ia sendiri belum dapat benar-benar memahami yang terjadi dalam hidupnya sebulan terakhir ini. Terlalu banyak. Terlalu bertubi-tubi. Kalau bukan karena harapan untuk merenda hidup yang lebih baik dari pada orang tuanya, mungkin Santi memilih untuk pergi meninggalkan semua kenangan yang menyisakan luka yang makin hari

SEMBILAN BELAS

Anto menemukan rumahnya dalam keadaan sepi. Tidak seperti biasa. Pukul 8 dirinya baru tiba di rumah sepulang kerja. Ipah, pembantunya, mempunyai kebiasaan tidur sebelum pukul 9 malam. Selesai menutup garasi dan pintu pagar untuk Anto, ia langsung masuk ke kamarnya. Anto menangkap keheningan kala memasuki ruang keluarga. Dilihatnya televisi yang sehari-hari menemani dirinya dan Santi merenung sendirian.

DELAPAN BELAS

Lipatan kertas berisi alamat lengkap Ratri masih ada di tangannya. Santi terkantuk-kantuk di dalam taksi yang membawanya menuju alamat yang diberikan Ratri padanya melalui kotak pesan di facebook.
Rumah nomor 18. Santi mencoba mengurutkan rumah-rumah yang dilewatinya. Sederet rumah bernomor ganjil terletak di deretan sebelah kiri. Nomor genap di deretan sebelah kanan. Perumahan yang didatanginya

Kamis, 19 Januari 2012

TUJUH BELAS


Gerimis mengguyur Jakarta sejak pagi. Santi memandang tetesan air yang jatuh dari langit itu dengan wajah pucat dari balik jendela kamarnya. Beberapa minggu ini hujan yang membasahi tanah di kotanya terjadi di akhir pekan. Langit seperti ingin memahami keinginan manusia-manusia yang kelelahan bekerja selama seminggu akan sejuknya udara pagi yang basah.

ENAM BELAS


setelah sekian lama kumenunggumu…
hari-hariku dipenuhi oleh kenangan indah tentangmu
Pandangan matanya menatap tajam ke layar laptop dihadapannya, sementara jemarinya menggerakkan tombol scroll yang ada di mouse perlahan ke bawah.

LIMA BELAS


>Apa kabar, Anto…
Santi ragu menjawab sapa wanita di seberang sana yang sepertinya teman lama suaminya. Pagi ini, ia memutuskan untuk menerima saja friend request dari seorang yang bernama Ratri Gunawan tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada Anto. Anto terlihat terlalu lelah semalam. Dan ia mesti berangkat

EMPAT BELAS


Anto membuka pintu kamar tidur dan mendapati istrinya telah terlelap. Ia mengecup kening istrinya yang bergeming dalam selimut. Jam menunjukkan pukul 11 malam. Perjalanan kurang lebih 10 kilometer yang baru ditempuhnya memakan waktu lebih dari 2 jam. Jakarta memang tidak memberi banyak ruang bagi penduduknya untuk menikmati waktu istirahat di rumah.

Selasa, 17 Januari 2012

TIGA BELAS

Rumah dua lantai itu dibangun di atas tanah yang cukup luas. Sekitar 400 meter persegi. Untuk ukuran rumah di kota yang sesak dipenuhi penduduk ini, tanah seluas itu cukup untuk menampung dua keluarga. Namun rumah dimana Anto menghentikan mobilnya kali ini hanya ditempati oleh sepasang suami istri yang telah berumur diatas 60 tahun dan seorang pembantu rumah tangga. Pohon cemara yang terpangkas rapi terlihat

DUA BELAS

Life must go on.
Bagi Santi, kehidupan yang berputar disekelilingnya belakangan ini seperti mimpi di siang hari bolong. Keinginannya untuk membuka usaha mesti berakhir dengan larangan Anto karena mereka memutuskan untuk mempunyai anak. Anak adalah masa depan kita, Santi, tundalah dulu niat untuk mencari pekerjaan perintang

SEBELAS

>Hai, apa kabar?
Hai juga. Kabar baik. Masih di Jakarta?
>Masih. Kamu? Eh, ya, ada tuh di profile…sama-sama di Jakarta kita ya.
Hehehe…sama seperti dulu. Aku lagi nungguin Titin nih. Dia belum juga terima ajakan pertemananku. Kamu

SEPULUH

Hari ini adalah hari pertama aku mempunyai akun facebook. Tidak muluk-muluk rasanya kalau aku bilang bahwa sosial media yang satu ini telah berhasil menjadi raja di bidangnya. Tampilannya lugas namun informatif. Menurut Irma, dirinya tidak bisa sehari saja terlepas dari makhluk yang satu ini. Irma selalu berhasil membuatku penasaran. Atas bantuan Irma juga aku mendapatkan akun Titin. Dan tidak cuma Titin, tapi Budi,

SEMBILAN

“Benar, Ir, namanya Titin?” Santi terkejut. Spontan ia menginjak pedal rem mobilnya.
“Begitu yang tertulis di akun facebook nya”
“Ohh…”
Sebuah sepeda motor menyalip mobil yang ditumpangi Santi dan Irma sambil memaki. Santi menyesal telah

Selasa, 10 Januari 2012

DELAPAN

Perih. Hanya itu sesungguhnya yang ingin aku utarakan. Tidak lebih. Tapi aku tidak akan pernah bisa menjelaskan mengapa jemari ini begitu kuat keinginannya untuk terus menari diatas tuts keyboard. Mendung di luar masih terus menggelayut. Aku mengharapkan hujan turun. Mengguyur semua yang mengganjal di benakku hingga kini.

Senin, 09 Januari 2012

TUJUH


Anto memandang jam dinding di rumahnya. Pukul 9 lebih 10 menit. Usahanya untuk menghubungi Santi yang tak kunjung menunjukkan titik cerah membuatnya melamun di depan televisi. Liputan mengenai banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Jakarta sejak dirinya tiba di rumah sore tadi membuatnya makin cemas.
Tiramisu Cake yang sedianya dinikmati berdua dengan istrinya malam ini seolah turut merenung di bawah

ENAM


Lebih dari 30 kartu nama berserakan di meja yang berada di depan televisi rumah Santi. Setelah kurang lebih 2 jam berkeliling di pameran handycfart yang diadakan di Jakarta Convention Center, Santi dan Irma duduk kelelahan di sofa ruang keluarga Santi sambil sesekali memijit-mijit betis mulai mengeras. Ipah, asisten setia Santi di rumah menyiapkan teh dan mendoan hangat untuk majikan dan temannya yang terlihat terkuras

Sabtu, 07 Januari 2012

LIMA


Matahari pagi di pertengahan Januari 2008 perlahan memasuki celah tirai yang menutup jendela rumahnya. Ia sudah bangun sejak matahari baru bersiap menunaikan tugasnya. Kini ia duduk di depan cermin kamar tidurnya. Memandang wajahnya yang ada di cermin. Diusianya yang ke 30 ini ia teringat akan coretan yang dibuatnya kala ia masih remaja. Sebuah catatan kecil tentang harapan. Ia mencoba mengingatnya satu per

Jumat, 06 Januari 2012

EMPAT


Kafe di dalam mal selalu begini gerutu Santi. Kurang private. Pengunjung bak ikan di dalam akuarium. Mereka datang, duduk di dalam kafe sambil ngobrol, dan menjadi tontonan pengunjung mal yang lalu lalang. Santi telah mengusulkan pada Irma untuk memilih kafe yang lain, bukan yang ini. Ahh…sekian lama Santi berpisah dengan Irma, teman SMU nya ternyata memberikan jarak yang berarti mengenai selera. Terakhir

Kamis, 05 Januari 2012

TIGA


Ada sebuah sudut di relung hati tiap manusia yang konon berisi sisi gelap dalam dirinya yang mana manusia tersebut tidak ingin siapapun tahu. Sudut itu menyimpan rahasia yang terkunci rapat. Serapat keinginan sang manusia untuk melupakannya. Ia menyediakan ruang sempit, gelap, namun menjanjikan untuk senantiasa ditengok dan didiami kapan saja selama apapun itu. Ia tak pernah menolak bila sang majikan yang bernama

Rabu, 04 Januari 2012

DUA


Gadis manis dengan potongan rambut sebahu itu tidak menyangka baju seragamnya akan sekotor itu. Tapi hatinya bahagia. Ia berlari sambil sesekali melompat. Pintu pagar rumahnya tinggal seratus meter lagi. Di angkutan umum tadi dirinya jadi pusat perhatian penumpang karena penuh coretan. Beruntung ia tidak sendiri.

Senin, 02 Januari 2012

SATU

Hening. Suara ketukan halus terdengar.
‘Santi, kaukah itu? Seperti tidak mengenalmu setelah sekian lama kita bersama. Siapa gerangan yang ada di tubuhmu saat ini? Lihat, Santi! Tidak ada salahnya menimbang ulang keputusan yang telah kau ambil. Waktu telah membawa kita semua bergeser dari tempat kita semula. Atas nama peradaban, tidak ada yang perlu dirisaukan dengan pekerjaan kamu. Tidak ada yang salah, Santi! Sekian banyak wanita ingin mempunyai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak hanya materi. Aku yakin kau tahu itu! Status sosial, lingkungan yang memberi kita penghargaan atas prestasi membanggakan yang kita raih. Hidup itu realita, Santi. Bukan mimpi di siang hari bolong. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Manusia kerap menghadirkan ilusi di kepalanya. Sebagian dapat mewujudkannya, sebagian yang lain tidak. Kau tahu kenapa? Karena tidak semua orang mengerti akan keinginannya. Tidak semua dapat mengukur kemampuan