Kamis, 19 Januari 2012

ENAM BELAS


setelah sekian lama kumenunggumu…
hari-hariku dipenuhi oleh kenangan indah tentangmu
Pandangan matanya menatap tajam ke layar laptop dihadapannya, sementara jemarinya menggerakkan tombol scroll yang ada di mouse perlahan ke bawah.
Mengapa baru sekarang, harusnya dulu…
Mengukir namamu di anganku adalah hal terbaik yang ingin tetap aku lakukan sampai sekarang
Ia menduga, wanita yang status-statusnya di facebook sedang ia baca ini adalah wanita yang romantis. Dan sepertinya sedang jatuh cinta. Dilihat dari usianya yang sama dengan suaminya, ia tidak mengerti mengapa wanita ini mengungkapkan perasaannya layaknya seorang mahasiswi atau malah siswi sebuah SMU.
Chat room diujung kanan bawah berkedip. Ratri Gunawan. Nama yang juga tercantum di atas semua status-status nan romantic yang sedang dibacanya.
Santi sesungguhnya malas ngobrol dengan Ratri. Malas karena harus selalu memposisikan dirinya sebagai suaminya, dan malas karena ia tidak mengenal Ratri. Ia hanya ingin tahu sedikit saja tentang asal usulnya, pendidikannya, pekerjaannya sekarang, dan suami atau mungkin anaknya kalau sudah ada. Semua itu bisa didapatnya di profil Ratri Gunawan. Tidak ada yang perlu dibicarakan dengannya. Untuk apa? Tapi toh akhirnya Santi mengklik chat room yang terus berpendar menanti gerakan tangannya mengarah ke sana dan menekannya.
>Hai!
Hai juga
>Sibuk hari ini?
Tidak juga
>Mmm…boleh ngobrol
Masak bisa bilang ngga boleh
>Terus terang aku kagum dengan perubahan yang terjadi pada diri Anto Wirya Atmadja. Cowok pendiam yang lebih sering duduk di kursi depan mendengarkan bu guru ternyata bisa ngobrol begini juga akhirnyaJ
Santi mendengus perlahan.
Apa kabar hari ini?
Santi merasa caranya menyapa sungguh basi. Tapi biarlah, perduli apa dia dengan perempuan satu ini.
>Baik. Baik sekali.
>Kamu tinggal dimana sekarang? Udah punya anak berapa?
Aku tinggal di Jakarta. Jakarta Selatan lebih tepatnya. Anak belum ada…
>Sama donk. Aku juga di Jakarta Selatan. Kapan-kapan boleh main dong
BolehJ
>Kamu bener masih single?
Nggak lah…
>Kok di relationship masih single?
Masak sih?
Santi segera mengecek di bagian info profil Anto. Ratri benar. Ia belum mengubahnya dari ‘single’ menjadi ‘merried’.
Ya ampuuun…sori, belum di updateJ
>Ngantor di daerah mana? Sudirman?
Di kuningan.
>Mulai lagi deh keliatan nih sifat Anto yang asli…
Maksudnya?
Fiuhh…pertanyaan bodoh terlanjur dikirim olehnya keluh Santi. Mestinya ia tidak usah menanyakan maksud dari sifat-Anto-yang-asli. Ia sudah tahu.
>Maksudku, kamu masih seperti dulu
>Seperti waktu kita masih bersama
>Di kelas yang sama maksudku…
Bersama? Lalu diperbaiki menjadi Di kelas yang sama… Naluri Santi merasakan sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.  Ok, Santi, sekarang waktunya kau mencari tau.
Aku belum lupa
Saat kita masih bersama…
Lama tidak ada balasan. Hingga akhirnya…
>;’)
Sebuah emoticon terharu. Hmm…Santi makin yakin untuk terus memancing Ratri mengungkapkan lebih banyak lagi fakta tentang Anto yang tak pernah ia ketahui sebelumnya.
Banyak hal yang sudah kita lalui bersama
Seperti misalnya
>Selalu makan berdua tiap jam istirahat
Santi makin penasaran. Pancingannya mengenai sasaran.
>Nonton berdua paling tidak sebulan sekali
Lalu?
>Kamu lupa?
Nggak, nge-tes kamu aja
>J ekskul juga bareng
>Masih ingat guru ekskul kita yang kurus tinggi dan murah senyum itu?
Masih lah…
>Aku bertemu dia kemarin. Masih sama seperti dulu. Hanya rambutnya saja yang mulai memutih. Ia menanyakan apa kita jadi menikah…
Deg. Kali ini Santi benar-benar dibuat enggan untuk bertanya lebih lanjut. Nyalinya ciut. Ternyata perempuan yang satu ini lebih berani dari yang diduga. Atau ada yang dorongan kuat dari dalam dirinya untuk melakukan ini?
Santi berpamitan sesopan mungkin dengan wanita yang baru dikenalnya ini. Wanita yang sudah lama dikenal oleh suaminya. Santi memang tak lama berpacaran dengan Anto. Hanya setahun lebih sekian bulan. Untuk ukuran pasangan muda angkatannya, masa pacarannya dengan Anto terhitung singkat. Lalu, siapa wanita ini? apakah Anto merasa tidak perlu menceritakan hal ini pada dirinya? Ia juga tidak bercerita tentang perasaannya pada Budi. Tapi Budi sama sekali bukan kekasih Santi. Santi hanya memendam perasaan yang lain padanya. Tanpa keinginan untuk memiliki. Bahkan sampai sekarang, saat ia menemukan dirinya sebagai masa lalu yang selalu dinanti oleh Budi. Setelah mereka kembali bertemu. Sementara Ratri… Santi yakin dirinya tidak salah lihat tadi. Ratri menulis tentang ‘menikah’. Kata-kata yang sakral bagi telinganya. Bukan hanya pacaran.
Santi ingin menceritakan yang baru saja dialamnya pada Irma. Ia menekan no telepon genggam Irma. Nada sambung berbunyi. Hingga nada sambung usai, suara Irma sama sekali tidak terdengar. Santi mencoba menekan sekali lagi no telepon Irma. Kembali hanya nada sambung. Ia tidak selalu mempercayai pendapat Irma. Tapi ia memerlukan Irma untuk sekedar mendengar. Teman baiknya yang satu itu adalah pendengar yang baik. Namun kali ini Santi harus menghadapi gundah jiwanya sendiri. Ia tak tahu mengapa Irma tak kunjung dapat dihubungi.
*
“Rinto tadi titip ini,”Anto membuka tas kerjanya dan mengeluarkan stoples mungil yang masih terbungkus plastik bening dari dalamnya.
“Oleh-oleh buat Santi, katanya. Dari istrinya Rinto,”meski senyumnya sedikit canggung, Santi tahu Anto bermaksud memberinya kejutan.
“Wow! Baik sekali Rinto dan istrinya,”Santi mengembangkan bibirnya membentuk seulas senyum. Ia berharap Anto tidak membaca ekspresi wajahnya yang kaku, tidak seperti Santi yang sedang menerima kue kacang kesukaannya.
“Sampaikan salamku untuk mereka berdua besok ya”
Tanpa Santi sadari dirinya melewatkan begitu saja bibir Anto yang seperti biasa berusaha mengecup pipinya. Mengambil jarak beberapa centimeter dari bibir Anto yang mendekat kemudian memalingkan wajahnya dan berlalu. Stoples berisi kue kacang pemberian istri Rinto masih ditangannya. Ditimang-timang sambil tersenyum.
“Kapan istrinya melahirkan?”ujar Santi tiba-tiba.
“Mungkin satu setengah bulan lagi kata Rinto”
“Kamu kapan melahirkan?” Anto berkata sambil memeluk Santi dari belakang.
Santi merasakan bibir Anto menyentuh lehernya. Ia tahu suaminya membutuhkannya malam ini. Ia juga sadar bahwa dirinya membutuhkan Anto malam ini. Tidak hanya malam ini harusnya. Namun adakah manusia dapat menebak kehendak Ilahi? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar