Selasa, 17 Januari 2012

DUA BELAS

Life must go on.
Bagi Santi, kehidupan yang berputar disekelilingnya belakangan ini seperti mimpi di siang hari bolong. Keinginannya untuk membuka usaha mesti berakhir dengan larangan Anto karena mereka memutuskan untuk mempunyai anak. Anak adalah masa depan kita, Santi, tundalah dulu niat untuk mencari pekerjaan perintang
waktu. Begitu kata Anto. Kebahagiaannya bertemu dengan teman lamanya hanya menyisakan kegundahan tak berujung. Tanpa berpamitan terlebih dahulu Santi mengakhiri pertemanannya di facebook dengan Budi dan Titin. Roller coaster hidupnya kali ini berputar terlalu cepat. Santi pusing dibuatnya.
Menjadi anggota grup parenting yang ada di facebook berhasil menyita waktunya kini. Membaca dan memberi komentar seputar usaha pasangan suami istri untuk mendapatkan buah hati, bagaimana menghadapi kehamilan dengan tenang, dan program-program pengasuhan anak. Santi sebenarnya tidak tertarik untuk bergabung. Irma mengajaknya untuk melihat kehidupan berumah tangga melalui percakapan-percakapan tertulis yang ada di grup tersebut. Tidak ada salahnya kan mempelajarinya terlebih dahulu. Keluarga muda yang tinggal di kota besar seperti kita ini terkadang tidak mau meluangkan cukup waktu untuk melihat dan mengambil pelajaran berharga dari orang lain. Tidak gampang loh punya anak itu. Mental kita harus siap, bukan hanya materi. Dan masih banyak lagi petuah harian Irma di chat room facebook Santi.
Ibu Merry adalah pengasuh grup parenting tempat Santi bergabung. Ia menganjurkan Santi untuk mengajak serta Anto bergabung dalam grup tersebut. Ia juga menyebut Irma dan Bima sebagai contoh pasangan yang saling bekerjasama dalam mengambil keputusan penting seperti rencana mempunyai anak ini agar Santi berkenan mengajak suaminya untuk bergabung. Ibu Merry melihat kesamaan yang dimiliki antara pasangan Irma-Bima dan Santi-Anto. Sama-sama memutuskan untuk menunda, kemudian berpikir bahwa sekaranglah saat yang tepat untum mempunyai buah hati. Persamaan lainnya adalah mereka mempunyai latar pendidikan dan status sosial yang sama antara suami dan istri. Dan yang terakhir, baik Irma maupun Santi adalah tipe wanita yang menganggap bahwa dunia akan selalu memberikan waktu dan ruang baginya untuk berkarya, bermanfaat bagi lebih banyak makhluk hidup, yang intinya adalah ‘wanita-tidak boleh-terlalu banyak-di-rumah’.
Hidup memang tidak indah kalau tanpa karang terjal yang menghadang setiap keinginan yang akan diraih. Santi mengerti dirinya sekali lagi akan berhadapan dengan ego Anto yang tidak ingin membuat akun di facebook. Anto tidak ingin sama sekali. Dan hingga kini pendiriannya belum berubah.
Anto yang menginginkan dirinya untuk bergabung dengan grup parenting yang diharapkan dapat menumbuhkan mental keibuannya. Ia juga memfasilitasi Santi dengan sambungan internet tanpa batas. Pun Anto yang memintanya untuk tidak banyak keluar rumah. Polutan di Jakarta tidak baik untuk wanita yang ingin punya anak. Dan lagi, mana bisa sih keluar rumah hanya sebentar di Jakarta ini. kan lalu lintasnya macet. Nanti kalau kamu kecapekan, lebih kecil loh kemungkinannya hamil. Orang tua kita udah kepingin menimang cucu dari kita. Semua hal tadi menurut Santi cukup untuk menjadi bukti betapa Anto menginginkan anak darinya. Jadi kenapa juga ia terlihat enggan membuka akun di facebook untuk sekedar bergabung dengan komunitas yang diikuti Santi?
Menurut Bu Merry, anjurannya untuk mengajak pasangan suami istri bergabung bukanlah iseng belaka. Belakangan ini banyak ditemukan kasus perceraian yang diakibatkan oleh masalah komunikasi dan kesepakatan yang tidak jelas arahnya. Seolah bercakap tapi tidak menuju ke pemecahan masalah atau seperti sepakat tapi masing-masing masih bangga atas kesibukannya mencari pembenaran akan egonya masing-masing. Di grup ini semua masalah yang terjadi di seputar pernikahan pasangan muda akan dibagi dan diuraikan kemungkinan-kemungkinan penyebabnya untuk kemudian didiskusikan pola pemecahan masalahnya. 
Membaca penjelasan bu Merry, Santi merasa seperti disiram air es setelah beberapa tahun dilanda wabah musim kering. Hubungannya dengan Anto selama ini adalah seperti yang digambarkan oleh bu Merry. Kepura-puraan kerap kali terjadi. Pura-pura mengerti, pura-pura bahagia. Tapi bukankah sebagian besar wanita di negara ini bernasib seperti Santi? Itu yang Santi tahu. Entahlah yang sesungguhnya. Sikap Anto yang biasa-biasa saja setiap kali Santi merasa Anto kurang memperhatikan kepentingan wanita bekerja membuatnya berkesimpulan semacam itu. Sikap Anto yang tidak pernah mau mengenal lingkungan kerja Santi kala ia masih bekerja dulu, caranya yang acuh tak acuh terhadap semua acara dan kegiatan di tempat kerja Santi tidak pernah menjadikan siapapun yang mendengarnya menganggap itu sikap yang perlu diperbaiki dari seorang suami wanita bekerja. Tidak, setidaknya belum ada hingga kini. Wanita lah tempat segala kesalahan. Kala wanita bekerja, tidak ada kondisi yang memperbolehkan dirinya untuk minta dimengerti. Ia tetap ada diposisi untuk mengerti suaminya. Stereotip kurang perhatian pada keluarga kerap dilemparkan pada wanita bekerja begitu saja. Kala ia dirumah, seluruh kekurangan yang terjadi di rumah, pada diri anak-anak dan suaminya kembali memberinya label negatif. Hmm…tidak heran kalau makin hari makin banyak wanita negeri ini yang memilih menikah dengan pria asing, gumam Santi.
“Aku bukannya tidak mau mencoba untuk bicara sekali lagi pada Anto, Irma. Kamu kan tau sendiri, bagaimana orang tuanya membuat Anto selalu bercermin hanya kepada kehidupan mereka. Sementara banyak hal yang sudah tidak relevan lagi dengan masanya.”
“Lain dari itu hanya akan membawa petaka di kemudian hari. Dan seperti kita yang diminta percaya pada kekuatan mistis yang berasal dari legenda, membantahnya berarti bersedia menanggung resiko apapun.”
Santi berharap penjelasannya membuat Irma berhenti memaksanya untuk meminta Anto membuat akun di facebook dan mendaftarkan diri sebagai anggota grup parenting yang diikutinya itu.
*
Trauma pada perpisahan yang terjadi di kehidupan orang tuanya memang membuat Santi banyak menampilkan kehidupan ia dan Anto sebagai drama romantis yang setiap babaknya dapat diatur sesuai keinginan sutradara. Santi kini telah menempatkan dirinya sebagai pemain sekaligus sutradara. Tidak sulit ternyata. Ia akan merasa lebih kesulitan seandainya diminta untuk menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak suka dengan kesewenang-wenangan Anto terhadap perasaannya. Tidak suka menjadi ibu rumah tangga. Pun belum ingin mempunyai buah hati. Ia mungkin memilih mati seandainya diminta untuk jujur pada perasaannya. Segala sesuatu yang dianggap ‘wajar’ oleh lingkungannya lah yang akan menjadi dasar keputusan-keputusannya kelak. ‘Terlihat wajar’ itu penting, meski batinnya kerap memberontak.
Dari hari ke hari, penjelasan demi penjelasan yang diterima Santi di grup parentingnya di facebook membuat dirinya makin mengerti betapa ia jauh dari sempurna. Ia dan pasangannya. Memilih bersikap masa bodoh dengan segala penjelasan yang ditulis bu Merry tidaklah menjadi pilihannya. Santi ingin kebahagiaan terwujud di rumah tangganya. Sesemu apapun itu.
Kadang terpikir oleh Santi tentang hidup temannya, Irma, yang terlihat sangat wajar, indah dan bahagia. Ia tak bisa mengukur dirinya dengan orang lain. Anto pun tidak suka. Ia adalah Santi, yang akan mewujudkan arti kata bahagia dalam versinya sendiri.
*
Akun facebook Anto sudah jadi. Itu artinya, ia siap untuk memberikan kabar pada bu Merry bahwa suami tercintanya telah bersedia untuk membaca dan berdiskusi seputar hal-hal yang akan di ulas dalam grup. Tidak ada salahnya membuat akun dengan nama Anto. Toh semua yang terlihat di dunia maya ini tak harus sesuai dengan apa adanya. Ia bisa membacakan ulasan yang tertulis nantinya untuk Anto. Tanpa Anto harus mengerti bahwa dirinya kini menjadi penghuni baru di dunia yang bernama facebook.
Santi tidak lupa mencantumkan detil informasi tentang Anto, seperti latar belakang pendidikan, buku kesukaan, kata mutiara, asal dan kota tempat tinggal. Itu semua penting untuk membuat Anto terlihat utuh di dunia barunya. Sempat terpikir di benak Santi bagaimana seandainya ada teman kerja Anto yang mengetahui keberadaannya di facebook dan meledeknya atau sekedar meminta klarifikasi karena selama ini Anto dikenal jauh dari dunia maya. Santi berencana akan menutup akses Anto dari teman-teman kerjanya. Anto cukup berteman dengan orang-orang yang dikehendaki Santi.
Santi tersenyum membayangkan betapa ia akan mengendalikan kehidupan orang yang selama ini mengendalikan hidupnya.
>Selamat kepada bapak Anto Wirya Atmaja, suami ibu Santi, yang baru saja bergabung di grup. Semoga grup ini bermanfaat bagi keluarga bapak.
Status baru muncul di dinding grup parenting asuhan bu Merry. Sebuah ucapan selamat untuk Anto ini membuat Santi geli. Ia ingin segera memberi tahu Irma. Cukup Irma saja yang tahu. Itupun karena ia tidak akan tahan menyimpannya sendiri.
“Gila ah! Apa-apaan kamu…,”ujar Irma kala diberitahu.
“Udah laah..biar aja. Toh ini untuk kebaikan aku dan Anto kan?” jawab Santi tenang, seolah tidak ada yang perlu dicemaskan.
“Jangan kamu pikir tidak ada resikonya,” Irma, yang sudah lebih dahulu malang melintang di dunia maya berusaha meyakinkan Santi.
“Ir, aku perlu itu. Aku perlu membesarkan hatiku sendiri bahwa suatu saat Anto akan mau berbagi dalam satu kegiatan yang sama denganku. Aku yakin saat itu akan tiba. Sementara ini biarlah aku mengkondisikannya sendiri terlebih dahulu”
Irma hanya bisa geleng-geleng kepala,”Terserah kamu aja.”
Santi menikmati saat-saat dirinya mendua di dunia maya. Membelah tubuhnya menjadi dua bagian. Dirinya sendiri dan Anto, suaminya. Menjadi Anto memberikan keunikan tersendiri. Ia merasa menjadi artis film sungguhan. Memerankan seorang tokoh yang berbeda karakter dengan dirinya.
Ah, biarlah dunia tahu aku memang berbakat, ujarnya dalam hati.
*
Santi merasa cukup dirinya berpura-pura di dunia mayanya hari itu. Kini saatnya terlibat di dunia nyata. Dunia yang membesarkannya. Ia hampir mengarahkan pointer di layar facebook yang dibuka dengan nama Anto ke tanda log out saat dilihat sebuah friend request diterima. Ratri Gunawan. Hmm…sepertinya ia bukan teman satu kantor Anto. Santi meng-klik log out, berencana akan menanyakan apakah Anto mempunyai teman kerja dengan nama Ratri Gunawan sebelum memutuskan untuk menerima request yang datang barusan.
Langit yang menaungi rumah Santi makin gelap. Anto sebentar lagi pulang. Ia akan menyiapkan segala keperluan Anto sepulang kantor seperti biasa. Sementara Anto belum pulang, biarlah ia ditemani oleh bayangan Anto yang telah berhasil dilukisnya dalam layar laptop.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar