Selasa, 31 Januari 2012

TIGA PULUH

“Pertimbangan kami memilih Pak Anto untuk menjadi kepala cabang di kantor Surabaya adalah berdasarkan pengalaman bekerja dan prestasi yang selama ini diraih. Selamat, Pak. Kami memberi waktu satu bulan untuk mempersiapkan kepindahan Bapak dan pengalihan pekerjaan Bapak di Jakarta kepada manajer baru”
Anto bahagia mengetahui hasil kerjanya selama ini dihargai dengan baik oleh pihak perusahaan. Kepindahan
yang diikuti kenaikan jabatannya kali ini akan menjadi hadiah istimewa di hari ulang tahunnya nanti di akhir bulan Maret. Ia harus segera mempersiapkan segala sesuatunya agar proses kepindahannya lancar.
“Pak, saya dengar Bapak mau pindah ya…naik jabatan! Wah, selamat ya Pak!,” seorang anak buahnya menyalami Anto pada waktu jam istirahat kantornya di hari yang sama dengan dirinya menghadap kepala HRD perusahaan tempatnya bekerja.
Tak lama kemudian, beberapa anak buahnya yang lain turut memberi selamat. Tidak terkecuali Yuli, asisten setianya, yang merasa sangat kehilangan atas rencana kepindahannya. Setelah memberi selamat pada Anto, hingga jam istirahat usai, Yuli tidak nampak batang hidungnya. Ia meminta izin kepada Anto melalui sms untuk keluar sebentar menjenguk temannya yang berada di rumah sakit.
Anto duduk di meja kerjanya sambil membolak-balik catatan hariannya. Ternyata setelah dibuat urutan pekerjaan yang harus dilakukannya sebelum pindah ke Surabaya, ia tidak yakin apakah waktu sebulan yang diberikan oleh pihak HRD dapat dipenuhi olehnya. Sebisa mungkin sebagian dari pekerjaan ini harus ia delegasikan kepada anak buahnya yang dianggap sudah cukup memadai untuk melakukan tugas-tugasnya. Penggantinya akan membutuhkan bantuan dari anak buahnya juga kelak.
Anto mendengar pintu ruang kerjanya diketuk. Begitu ia membuka pintu, lebih dari sepuluh anak buahnya berdiri memadati bagian luar ruang kerjanya. Yuli berada di tengah kerumunan dengan membawa sebuah tiramisu cake ukuran 30x30cm. Anto terharu dibuatnya. Mereka masih akan bersamanya untuk paling tidak satu bulan kedepan.
“Saya masih punya satu bulan bersama kalian. Saya tidak mengerti bagaimana sebaiknya mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini. Mestinya saya yang menghadiahi kalian dengan…”
Anto tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Perlahan tapi pasti, kerumunan anak buahnya itu menyeruak satu per satu membentuk lorong bagi Anto untuk melihat dan bertemu dengan hadiah yang sesungguhnya…yaitu seseorang yang mungkin sudah tidak lagi sempat diingatnya disela kesibukan promosi jabatannya…seorang yang dinanti dengan seluruh jiwa dan raganya…yang ternyata juga menantinya selama ini.
“Santi!” Anto tertegun tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar