Selasa, 17 Januari 2012

SEPULUH

Hari ini adalah hari pertama aku mempunyai akun facebook. Tidak muluk-muluk rasanya kalau aku bilang bahwa sosial media yang satu ini telah berhasil menjadi raja di bidangnya. Tampilannya lugas namun informatif. Menurut Irma, dirinya tidak bisa sehari saja terlepas dari makhluk yang satu ini. Irma selalu berhasil membuatku penasaran. Atas bantuan Irma juga aku mendapatkan akun Titin. Dan tidak cuma Titin, tapi Budi,
teman-teman anggota geng iseng pengganggu dan masih banyak lagi. Aku mengirim permintaan pertemanan pada masing-masing dari mereka. Belum ada satu pun yang menerima. Mungkin mereka lupa, mungkin juga ragu. Tapi menurut Irma, tidak semua orang terhubung setiap hari dengan benda yang memudahkannya mengakses facebook. Permintaan pertemanan bisa jadi baru terbaca oleh empunya akun sehari, dua hari, atau bahkan seminggu kemudian. Irma dan suaminya, Bima adalah gadget freak. Tidak heran bila mereka berdua tidak pernah melepaskan tangannya dari blackberry miliknya.
Selesai memperlihatkanku bagaimana facebook bekerja, Irma memintaku untuk mengunggah beberapa foto yang aku punya baik itu foto sekarang ataupun saat aku masih sekolah. Aku masih menyimpan beberapa foto SMP, SMU dan tentunya masa-masa kuliah yang terhitung paling dekat. Selama aku memilah dan memilih foto-foto yang akan aku unggah, Irma banyak bercerita tentang kisah-kisah di dalam facebook yang ia tahu. Sebagian juga ia alami.
Berita yang paling santer terdengar tentang facebook adalah sarana untuk bertemu mantan pacar. Menurut Irma, hampir seluruh teman masa kecilnya bertemu dengan mantan pacarnya di facebook. Sebagian akhirnya berteman biasa, sebagian berpacaran sembunyi-sembunyi, dan sebagian yang lain mengambil keputusan untuk kembali pada mantan pacarnya itu. Irma termasuk golongan yang pertama.
Alex kalau tidak salah namanya. Seingatku, Irma sempat dekat dengan Alex sampai lulus SMU. Kedekatan mereka cukup serius. Kepindahan Alex ke luar negri membuat hubungannya dengan Irma merenggang hingga berakhir dengan keputusan untuk berpisah. Alex saat ini menetap di Jakarta. Irma sempat bertemu Alex beberapa kali setelah pertemanan mereka di facebook. Irma mengakui kalau dirinya dan Alex sama-sama antusias untuk bertemu awalnya. Ingin tahu apakah perawakan mereka masih seperti dulu, gaya bicaranya juga, dan yang terakhir, yang malu-malu untuk diakui adalah, masihkah ada getaran yang sama seperti dulu. Sekedar ingin tahu, tanpa ada keinginan untuk membuatnya tumbuh subur seperti dulu. Itu kata Irma. Bukankah dengan mengetahui hal semacam itu akan membuka peluang untuk menumbuhkan perasaan yang sudah dihapus waktu? Entahlah, Irma dan aku memang berbeda dalam hal yang satu ini. Aku tidak tahu rasanya bertemu dengan mantan pacar. Mungkin memang menggetarkan sekali. Terlebih kalau banyak kisah dan kenangan indah telah dirajut bersama. Aku bertanya apakah Bima tidak cemburu dengan pertemuan-pertemuan Irma dan Alex berikutnya? Irma tersenyum mengenang peristiwa itu. Katanya, awalnya ia tidak berterus terang pada Bima tentang Alex. Tapi, Bima yang juga mempunyai akun facebook, memperlihatkan mantan pacarnya pada Irma. Bercerita panjang lebar tentang masa lalunya. Irma memberanikan diri juga akhirnya untuk bercerita. Setelah paling tidak dua kali pertemuan rahasianya dengan Alex. Tidak ada yang istimewa dari pertemuan rahasia itu menurutnya. Mereka hanya bertukar cerita sambil makan siang. Sesuai dengan yang diduga Irma sebelumnya, Bima antusias mendengar cerita Irma tentang dirinya dan Alex. Ah, Bima memang berbeda dengan Anto. Entah apa jadinya kalau hal itu terjadi pada dirinya. Ia tidak yakin Anto akan menerima kehadiran orang yang telah mengisi masa lalunya dengan tangan terbuka.
Irma tak henti-henti bercerita tentang teman-teman lamanya di facebook. Ada sebuah kisah yang menarik buatku. Irma bercerita bahwa ia menerima permintaan pertemanan di facebook hanya berdasarkan jumlah mutual friend. Bila jumlah mutual friend diatas 2 orang saja sudah membuat Irma menerima ajakan pertemanan dari seseorang. Alasannya katanya, kemungkinan mereka adalah teman lama yang kita sudah lupa wajah dan namanya. Selain itu ia juga bercerita bahwa ia senang mendapat teman baru yang belum pernah dikenalnya sekalipun. Tapi, akhirnya ia mengaku bahwa itu semua terjadi sebelum ia mengenal seseorang yang bernama Lani. Lani mengaku mengenal Irma melalui Alex, mantan pacar Irma. Lani rajin memberikan komentar pada hampir setiap status yang ditulis Irma di dinding facebook. Irma merasa ada yang ganjil dengan sikap Lani di facebook. Menurut Irma, Lani seperti memata-matai dirinya. Setiap Irma mengunggah foto, Lani dengan bersemangat menanyakan ini itu perihal foto tersebut. Kapan dibuat, dimana, dan pada waktu acara apa. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan konyolnya tentang keadaan Irma bila sehari saja Irma tidak terlihat menulis sebuah status mengenai kegiatannya hari itu.
Irma tak perlu menunggu lama untuk mengetahui apa yang tersembunyi dibalik keinginan Lani untuk mengetahui hampir setiap aktifitas yang di postingnya ke facebook. Lani ternyata adalah adik ipar Alex. Adik kandung istri Alex yang diminta oleh kakaknya untuk memata-matai Irma. Entah bagaimana istri Alex menaruh curiga terhadap Irma. Sesungguhnya aku tidak benar-benar mengerti apakah yang diceritakan Irma tentang hubungannya dengan Alex yang ‘biasa-biasa’ saja hingga kini memanglah yang sesungguhnya terjadi. Tapi selama ini, Irma yang aku kenal bukanlah orang yang menyalahgunakan kepercayaan orang lain padanya. terlebih rasa percaya Bima, suaminya, terhadap Irma setelah mereka saling terbuka tentang masa lalunya masing-masing. Untuk kesekian kalinya, aku dibuat penasaran dengan cerita Irma ini. irma mengetahui tentang hubungan Lani dengan istri Alex melalui foto-foto Lani yang diunggah di profilnya. Mereka mirip. Dalam sebuah kesempatan, Irma meminta nomor telepon Lani dan kemudian langsung menelponnya. Tidak menduga akan aksi yang dilakukan irma secara spontan ini, Lani tidak dapat lagi mengelak bahwa dirinya adalah adik ipar Alex.
Aku hanya bisa geleng-geleng mendengar beragam cerita seputar facebook yang dibawakan Irma. Hidup memang memberikan pelajaran berharga pada setiap orang yang mau menyadarinya. Itu pula yang diyakini Irma dan Bima. Peristiwa berharga seputar jalinan kasih, masa lalu, dan cemburu ini dijadikan momen penting bagi mereka untuk saling memperlihatkan kedekatan masing-masing di dunia maya. Terlebih, Bima, yang kerap mendapat tugas dari tempat kerjanya untuk pergi ke luar negri akhir-akhir ini sedikit memberi jarak dalam kesehariannya bersama istrinya. Irma dan Bima sepakat untuk menggunakan facebook tidak hanya sebagai sarana untuk reuni dengan teman-teman, tapi lebih dari itu adalah untuk menjaga keharmonisan yang kian hari kina besar potensinya untuk diguncang prahara.
*
Santi masih bersemangat menulis kisahnya kala pertama kali berkenalan dengan facebook di laptopnya. Saat telepon genggamnya berbunyi.
“Mau dibelikan apa buat makan malam nanti?” suara Anto terdengar merdu.
“Apa aja, Say. Ini Ipah di rumah juga udah masak kok”
“Aku beli kue aja ya, buat teman nonton tv nanti malam” Anto mengganti penawarannya.
“Boleh, boleh…jangan yang terlalu manis ya. Seperti yang minggu lalu kita makan di rumah Rinto itu tuh, yang rasa jahe. Trus kue kacangnya juga enak. Tanyain Rinto ya Say belinya dimana”
“Ok, Sayaaang…baik-baik di rumah ya…,” Anto menutup penawarannya.
Santi kembali menghadap laptopnya. Masih ada yang ingin ia tulis.
*
Sampai sekarang, setelah 5 jam Irma meninggalkan rumahnya, aku masih mengecek permintaan pertemananku pada Titin setiap setengah jam. Aku begitu merindukannya. Titin aku anggap seperti kakakku sendiri. Kulitnya yang kuning langsat, matanya yang indah, tawanya yang renyah seolah mengajak setiap orang untuk berdamai dengan kesedihannya, dan tak ketinggalan rambutnya yang indah. Semua hadir dihadapanku saat ini. Dalam diam aku berharap, segala keindahan yang melekat padanya tidak lenyap begitu saja ditelan waktu. Semenjak aku mendengar kabar tentang kepergiannya, aku sempat kehilangan nafsu makan selama hampir satu minggu. Sebelum akhirnya ia menelponku memberi kabar bahwa dirinya baik-baik saja bersama nenek tercintanya. Ketegaran Titin memberiku energi tersendiri dalam menghadapi hidup saat itu. Aku dan Titin mempunyai kesamaan. Kami sama-sama merasa terluka oleh kenyataan yang terjadi dalam hubungan kami dengan orang tua kami masing-masing. Meski jarak memisahkan, aku masih berkirim kabar melalui surat dengan Titin. Terlalu sering menelpon Titin membuat tagihan telpon di rumah membengkak. Begitu pula Titin. Kami sama-sama belum memiliki penghasilan. Tak mungkin membebani orang rumah terlalu berat.
Perjodohan berlatar belakang materi yang dialami Titin bagiku seperti dongeng saja. Aku berharap kisah Titin berakhir bahagia. Aku tak sabar mendengarnya. Kecemasan sejenak menghampiriku kala membayangkan Titin yang ditemukan oleh orang yang semula dijodohkan dengannya di facebook, kemudian ia membayangi kehidupan Titin sekarang. Aku memang sering kelewat berkhayal. Tentunya ada security system yang digunakan oleh facebook untuk menutup akses informasi yang dibagikan di facebook untuk orang-orang tertentu. Jaman sekarang sudah canggih, Santi, jangan berkutat dengan pola pikir lama.
Satu hal menjadi catatanku mengenai facebook. Seperti halnya Irma dan Bima, aku akan menggunakan facebook untuk membuat hubunganku dengan Anto kian harmonis. Anto dengan akunnya, dan aku dengan akunku. Kami akan saling sapa setiap hari. Mungkin Anto akan membagi berbagai kisah yang dialaminya di kantor sebagai status di dinding facebooknya agar aku dapat dengan mudah mengetahui apa yang sedang dikerjakannya. Kemudian aku akan menyapanya, menanyakan apakah ia sudah makan, dan lain sebagainya. Lucu juga.
*
Santi menutup kisahnya setelah mengetahui bahwa sebentar lagi Anto akan sampai di rumah. Ia mematikan laptopnya dan beranjak menuju ruang makan. Mencicipi masakan yang disediakan Ipah diatas meja. Ia menyadari banyak perubahan harus terjadi dalam dirinya. Kemampuan memasak yang mesti ditingkatkan. Selera akan tata ruang dalam mengatur rumahnya harus lebih diasah lagi. Semua dilakukan secara bertahap olehnya. Ia tidak ingin menyiksa dirinya sendiri dalam menghadapi kehidupan barunya ini. meskipun waktu sepertinya masih enggan berpihak padanya.
*
Anto sibuk memindah-mindahkan saluran tv. Sepertinya sedang tidak ada acara khusus yang ingin ditontonnya. Santi membawa teh hangat yang dibuatnya sendiri untuk ia dan Anto ke meja kecil didepan Anto. Kue yang dibawa Anto untuknya telah tersusun rapi dalam stoples warna warni berbentuk unik hasil berburu perlengkapan rumah tangga di sebuah ITC bersama Irma.
“Say, aku tadi buat akun di facebook,”
Santi mengharapkan reaksi Anto yang pandangannya belum juga lepas dari layar televisi meski teh hangat mengepul didepannya. Tak lama kemudian.
“Oya? Buat sendiri, atau…”
“Dibuatkan Irma. Emang kenapa kalau buat sendiri?”
“Ngga, ngga apa-apa juga. Heran aja, rasanya istriku yang satu ini ngga pernah tertarik sama begituan”
“Bukan ngga tertarik sih sebenernya selama ini. Cuma belum tau aja”
Anto merangkul istrinya, menenggelamkan dalam pelukannya.
“Trus, udah ketemu sama siapa aja? Banyak teman lama?”
“Belum. Kan baru buka hari ini. Lagian baru sedikit sih yang aku kirimin permintaan pertemanan”
Anto kembali diam, seperti menahan kantuk. Perlahan melepaskan pelukannya.
“Banyak surprise kata orang-orang kalau bergabung di komunitas facebook”
“Maksudnya?” ujar Santi pura-pura belum tahu. Terbersit keinginan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Anto tentang facebook. Jangan-jangan, selama ini sebenarnya Anto punya akun facebook tanpa sepengetahuannya.
“Ya..itu kata teman-teman yang pada punya akun. Aku kan ngga punya,” Anto nyengir sambil perlahan menyeruput teh hangatnya.
“Memang kenapa sih ngga punya? Ngga kepingin setelah mendengar kata ‘surprise’ dari teman-teman kantor?” Santi tidak mau menyerah.
“Ngga lah, buat apa?”
“Kalau aku yang minta kamu tetap tidak mau buka?”
“Santi, tidak semua orang merasa nyaman berkomunikasi dengan orang lain melalui media sosial. Kamu kan tau itu. Kamu sendiri selama ini juga ngga pernah tertarik kan? Mungkin waktu luangmu yang banyak aja sekarang membuatmu merasa ingin.”
“Tapi teman-teman kamu dikantor yang sibuk bekerja juga pada punya kan?” Santi mulai merajuk. Ia tidak ingin kisah saling curiga tumbuh dalam keluarganya hanya karena salah paham seperti yang diceritakan Irma banyak terjadi setelah kemunculan facebook yang fenomenal itu.
“Ya iya…lalu kenapa? Kan aku ngga harus seperti mereka”
Kenapa sih, Anto, kamu bisa sedemikian terobsesi untuk menjadi berbeda dengan yang lain?
“Apa sih salahnya kalo akrab di dua tempat? Maksudku di kehidupan biasa dan di dunia maya?”
“Ngga ada salahnya. Aku cuma merasa ngga nyaman aja,” Anto menutup percakapan. Ia terlihat sangat mengantuk. Santi tidak tega untuk terus memaksanya.
*
Santi memandang langit gelap tanpa bintang melalui jendela kamarnya. Udara sejuk merasuki paru-parunya. Tanah basah bekas hujan menguarkan aroma harum yang sangat disukai Santi. Memuaskan diri dalam sunyi sepi malam ini membuka pemikirannya akan sesuatu. Santi teringat pernak pernik yang semula akan dijualnya melalui ruang pamer kecil di rumahnya. Ia akan memindahkan ruang pamernya ke facebook saja. Tidak repot menata ini itu.
Santi membatalkan niatnya untuk tidur. Ia segera membuka kembali laptopnya dan log in ke facebook. Sebuah bendera merah kecil terlihat di bagian atas beranda facebook. Sebuah pemberitahuan! Santi tidak menduga sama sekali dirinya akan dipertemukan dengan seorang yang selama ini dinantinya. Menyadari bahwa penantiannya membuahkan hasil, Santi tidak ingin membuang waktu terlalu lama untuk segera melihat profil yang dimaksud. Aku punya akses sekarang. Sebuah akses ke kehidupan seseorang. Oh, menyenangkan sekali. Andai facebook adalah sebuah rumah, ia adalah rumah berdinding kaca. Transparan. Rumah semacam itu tentunya membutuhkan penghuni dengan ketegaran mental yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan rumah biasa. Karena kaca adalah pelindung yang mudah rapuh. Kini, wajah seseorang yang dinantinya muncul dihadapannya. Budi Susanto. Demikian nama yang tertulis disamping sebuah foto seorang pria yang Santi kenal sebagai seseorang yang setia membela kepentingannya sejak Santi duduk di bangku SD. Santi menanti pertemanan dengan Titin di facebook. Itu benar. Tapi hal itu ia lakukan karena ia tak ingin Irma tahu siapa yang sesungguhnya ia nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar