Rabu, 04 Januari 2012

DUA


Gadis manis dengan potongan rambut sebahu itu tidak menyangka baju seragamnya akan sekotor itu. Tapi hatinya bahagia. Ia berlari sambil sesekali melompat. Pintu pagar rumahnya tinggal seratus meter lagi. Di angkutan umum tadi dirinya jadi pusat perhatian penumpang karena penuh coretan. Beruntung ia tidak sendiri.
Lebih dari lima orang temannya menaiki angkutan umum dengan jurusan yang sama. Mereka tertawa, saling menjahili satu sama lain, karena hari itu mereka dinyatakan lulus SMU! Sesungguhnya, bagi si gadis manis kelulusannya tidaklah terlalu istimewa. Selama duduk di bangku SMU, hampir tiap tahun is meraih predikat ranking 1 di kelasnya. Hanya di akhir semester ganjil tahun lalu ia meraih predikat ranking 3 di kelasnya. Cacar air sehingga absen selama dua minggu dari sekolah mengurangi jumlah amunisi yang dapat digunakannya untuk menyingkirkan pesaing-pesaingnya dalam meraih ranking 1. Kegembiraannya kali ini lebih pada keleluasaan yang didapatnya untuk mencoret-coret pakaian dan bila mungkin juga wajah teman-teman sekolahnya. Tidak ada guru yang melarang, tidak sedikitpun teman yang menghindar. Ia dan teman-temannya berbahagia bersama.
Rumah yang dituju adalah sebuah rumah sederhana dengan pekarangan yang dipenuhi tanaman hias maupun tanaman buah. Cukup memberikan sumbangan oksigen pada udara meski kesan kurang rapi muncul disana-sini.
“Ibu…Bapaaaakk…Santi pulaaang,”serunya sembari mengetuk keras pintu kayu tua rumah tersebut.
Langkah tergesa terdengar sesaat sebelum pintu terbuka. Dan…
“Bapak, aku lulus! Nilaiku tertinggi di sekolah!”
Ucapannya diikuti peluk bahagia penuh syukur sang ayah.
“Ibu belum pulang, Pak?”
“Belum. Cepat telpon ibu, Nak. Dia pasti bahagia”
Tak terkira keinginannya untuk segera memberi kabar ibunya tentang berita besar ini. Tapi, gadis yang menyebut dirinya Santi ini tidaklah ingin berita seistimewa ini disampaikan begitu saja kepada ibunya. Ia ingin memberi sang ibu kejutan.
“Pak, beli kue tart yuk…”serunya mendapat ide.
“Untuk apa?” kata sang ayah.
“Waktu ibu ulang tahun minggu lalu kan kita tidak membelikan kado seperti biasa. Nah, kita belikan sekarang, black forest cake kesukaan ibu dan bilang kalau ini kue ulang tahunnya. Setelah ibu puas menikmatinya, baru deh aku beritahu ibu kalau hari ini aku dinyatakan lulus dengan nilai terbaik… gitu, Pak”
Ayahnya menunduk lesu. Kalau saja pemutusan hubungan kerja yang mengakibatkan dirinya menganggur 2 bulan yang lalu tidak terjadi, tentunya hal ini akan sangat mudah baginya. Tapi tidak demikian yang terjadi.
Santi membaca gerak wajah sang ayah kemudian berkata,”Santi punya kok Pak uangnya.”
Ayahnya diam, kemudian berlalu dari hadapannya.
Pemutusan hubungan kerja adalah mimpi buruk bagi setiap orang. Terlebih yang telah membaktikan diri ditempat kerjanya selama lebih dari 10 tahun. Bekerja dalam kurun waktu tersebut tentunya telah memantapkan siapapun untuk menggunakan sebagian dari hasil kerjanya untuk berinvestasi. Apakah itu di bidang properti, saham maupun bidang lain yang dianggap dapat menjadi ladang untuk membuat tanaman uang ini tumbuh subur. Namun tak jarang prediksi yang telah disusun rapi meleset jauh dari harapan. Yang terjadi pada keluarga ini tidak hanya meleset, tetapi lari kemudian menghilang dari cakrawala harapan. Pekerjaan yang diandalkan untuk menghidupkan periuk nasi pergi lewat jalur pemutusan hubungan kerja, investasi yang ditanam pada bidang properti kabur bersama kekasih gelapnya yang bernama penipuan dengan dalih kerjasama.
Dikemudian hari Santi mengerti banyak hal telah terjadi di rumah sederhana ini semenjak ayahnya dinyatakan berhenti bekerja sebagai karyawan sebuah bank swasta yang terkena likuidasi oleh pemerintah. Ayah yang biasa dipanggil 'Bapak' yang selama ini berdiri tegak sebagai pengayom keluarga berubah lesu tak berdaya. Entah apa yang ada dipikirannya. Saat itu Santi hanya dapat memandang perubahan demi perubahan yang terjadi di diri ayahnya, kemudian ibunya, dan yang terakhir adalah keluarganya secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar